Masyarakat terbuka

Liberalisme
Bagian dari seri tentang

Mazhab Liberalisme konservatif Liberalisme sosial Neoliberalisme
Pemikiran Liberalisme konservatif Liberalisme budaya Kapitalisme demokratik Pendidikan demokratik Liberalisme ekonomi Egalitarianisme Perdagangan bebas Prinsip bahaya Individualisme Laissez-faire Demokrasi liberal Kenetralan liberal Ekonomi pasar Kebebasan negatif / positif Masyarakat terbuka Masyarakat permisif Kebebasan politik Kedaulatan rakyat Hak (individu) Sekularisme Pemisahan agama dan negara
Jenis Klasik Konservatif Demokratik Hijau Feminisme liberal Internasionalisme liberal Libertarianisme Nasional Neoliberalisme Ordoliberalisme Paleoliberalisme Radikal sentrisme Radikalisme Agama Sekuler Sosial Sosialis
Tokoh Frédéric Bastiat Jeremy Bentham Isaiah Berlin Anders Chydenius Joel Feinberg Adam Ferguson Milton Friedman David Lloyd George William Ewart Gladstone Thomas Hill Green Václav Havel Friedrich Hayek Leonard Trelawny Hobhouse Wilhelm von Humboldt David Hume Thomas Jefferson Immanuel Kant Adamantios Korais Wilfrid Laurier Thomas Babington Macaulay Thomas Robert Malthus Giuseppe Mazzini John Stuart Mill Ludwig von Mises Montesquieu Robert Nozick Thomas Paine Lester B. Pearson Ayn Rand John Rawls Franklin D. Roosevelt Murray Rothbard Adam Smith Alexis de Tocqueville Pierre Trudeau Mary Wollstonecraft Helen Zille
Organisasi Partai liberal Africa Liberal Network (ALN) Alliance of Liberals and Democrats for Europe (ALDE) Alliance of Liberals and Democrats for Europe Party (ALDEP) Arab Alliance for Freedom and Democracy (AAFD) Council of Asian Liberals and Democrats (CALD) European Democratic Party (EDP) European Liberal Youth (LYMEC) International Federation of Liberal Youth (IFLRY) Liberal International Liberal Network for Latin America (RELIAL)
Portal Politik
l b s

Filsuf Prancis Henri Bergson menciptakan istilah masyarakat terbuka (bahasa Prancis: société ouverte) pada tahun 1932.^[1]^[2] Ide ini dikembangkan lebih lanjut selama Perang Dunia II oleh filsuf Inggris kelahiran Austria Karl Popper.^[3]^[4]

Bergson menggambarkan masyarakat tertutup sebagai sistem hukum atau agama yang tertutup. Secara statis, seperti pikiran tertutup.^[5] Bergson berpendapat bahwa jika semua jejak peradaban menghilang, naluri masyarakat tertutup untuk memasukkan atau mengecualikan orang lain akan tetap ada.^[6] Sebaliknya, masyarakat terbuka itu dinamis dan cenderung universalisme moral.^[5]

Popper melihat masyarakat terbuka sebagai bagian dari kontinum sejarah yang menjangkau dari masyarakat organik, kesukuan, atau tertutup, melalui masyarakat terbuka (ditandai dengan sikap kritis terhadap tradisi) hingga masyarakat abstrak atau depersonalisasi yang tidak memiliki semua transaksi interaksi tatap muka.^[7]

Referensi

^ • Henri Bergson ([1932] 1937). Les Deux Sources de la morale et de la religion, ch. I, pp. 1–103 and ch. IV, pp. 287–343. Félix Alcan.
• Translated as ([1935] 1977), The Two Sources of Morality and Religion Internet Archive (left or right arrow buttons select succeeding pages), pp. 18–27, 45–65, 229–34., trs., R. A. Audra and C. Brereton, with assistance of W. H. Carter. Macmillan press, Notre Dame.
^ Leszek Kołakowski, Modernity on Endless Trial (1997), p. 162
^ K. R. Popper, The Open Society and Its Enemies, 2 vols. ([1945] 1966), 5th ed.
^ A. N. Wilson, Our Times (2008), pp. 17–18
^ ^a ^b Thomas Mautner (2005), 2nd ed. The Penguin Dictionary of Philosophy ["Open society" entry], p. 443.
^ Henri Bergson, The Two Sources of Morality and Religion, Macmillan, 1935, pp. 20–21.
'^ K. R. Popper, The Open Society and Its Enemies, Volume One (1945), 1 and 174–75.

Bacaan tambahan

R. B. Levinson, In Defence of Plato (1953)
Liberalism as threat to the open society: Charles Arthur Willard. Liberalism and the Problem of Knowledge: A New Rhetoric for Modern Democracy, University of Chicago Press, 1996.