Stenosis aorta

Stenosis aorta adalah kelainan katup jantung yang terjadi akibat degenerasi atau kalsifikasi pada katup aorta. Usia pasien yang terkena Stenosis Aorta rata-rata pada usia dewasa hingga usia tua. Anestesi terhadapt Stenosis Aorta dapat dilakukan dengan manajemen peroperatif maupun intraoperatif. Risiko terkena Stenosis aorta lebih tinggi bagi perokok, laki-laki, serta penderita hipertensi, diabetes, dan gagal ginjal. Stenosis aorta dapat mengakibatkan kematian mendadak bagi penderitanya.

Penyebab

Stenosis aorta merupakan jenis kelainan katup jantung yang terjadi akibat degenerasi atau kalsifikasi daun katup aorta. Kelainan ini tergolong sebagai penyakit idiopatik.[1] Di Eropa dan Amerika Utara, kasus Stenosis aorta utamanya terjadi akibat kalsifikasi. Pasiennya sebagian besar berusia dewasa hingga tua. Sekitar 2–7% kasus dialami oleh pasien yang berusia lebih dari 65 tahun.[2]

Anestesi

Prinsip dasar anestesi stenonis aorta pada pemeriksaan dengan manajemen peroperatif adalah mengutamakan penentuan derajat penyakit. Pemeriksaan ini bersamaan dengan pemeriksaan riwayat keluhan pasien yang meliputi nyeri dada, sesak napas, dan penyakit rematik. Prinsip anestesi ini adalah sama untuk pasien yang mengalami operasi kardiak maupun nonkardiak. Sementara pada manajemen intraoperatif, tindakan anestesi yang diutamakan adalah mempertahankan status kestabilan hemodinamik dan keluaran kardiak.[1]

Risiko

Stenosis aorta mengakibatkan resusitasi jantung paru ketika henti jantung tidak dapat dilakukan. Kelainan ini membuat perfusi sistemik yang adekuat tidak dapat dihasilkan. Risiko yang ditimbulkan adalah kematian mendadak dengan risiko sebesar 15–20%.[1] Terjadinya Stenonis aorta menjadi salah satu indikasi untuk melakukan penggantian katup jantung.[2] Faktor-faktor yang meningkatkan risiko terkena Stenosis aorta antara lain kebiasaan merokok dan berjenis kelamin laki-laki. Ada pula penyakit yang turut meningkatkan risiko erkena Stenosis aorta yaitu hipertensi, kolesterol meningkat, diabetes dan gagal ginjal.[2]

Referensi

  1. ^ a b c Mahendra, S., Wiryana, I. M., dan Senapati, T. G. A. (2018). "Penggunaan Laryngeal Mask Airway dan Propofol Target Controlled Infusion Tipe Marsh pada Pasien dengan Stenosis aorta Berat yang Menjalani Operasi Transurethral Resection of the Prostate" (PDF). Medicina. 49 (1): 76. ISSN 2540-8313. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  2. ^ a b c Sari, R. P., Karani, Y., dan Krevani, C. K. (2019). "Stenosis aorta dengan penyulit hiperkalemia" (PDF). Majalah Kedokteran Andalas. 42 (1): 32. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)