Nafsu keinginan

Terjemahan dari
taṇhā
Indonesianafsu, nafsu keinginan, keserakahan, ketamakan
Inggristhirst, craving, desire, dll.
Palitaṇhā,
lobha (sinonim),
rāga (sinonim),
abhijjhā (sinonim)
Sanskrittṛṣṇā, trishna (Dev: तृष्णा)
Tionghoa贪爱 / 貪愛
(Pinyin: zh-cn: tānài)
Jepang渇愛
(katsu ai)
Korea갈애 (gal-ae)
Tibetanསྲེད་པ་
(Wylie: sred pa;
THL: sepa
)
Myanmarတဏှာ
(MLCTS: tən̥à)
Thaiตัณหา
(IPA: tan-hăː)
Vietnamái
Sinhalaතණ්හාව,තෘෂ්ණාව
Daftar Istilah Buddhis
  • lihat
  • bicara
  • sunting
Bagian dari seri tentang
52 Faktor Mental
dalam Buddhisme Theravāda
7 universal (sabbacittasādhāraṇa)
  • Phassa
  • Vedanā
  • Saññā
  • Cetanā
  • Ekaggatā
  • Jīvitindriya
  • Manasikāra
6 sesekali (pakiṇṇaka)
  • Vitakka
  • Vicāra
  • Adhimokkha
  • Viriya
  • Pīti
  • Chanda
14 tidak baik (akusala)
  • 4 tidak baik universal (akusalasādhāraṇa):
  • Moha
  • Ahirika
  • Anottappa
  • Uddhacca
  • 3 keserakahan (lobha):
  • Lobha/Taṇhā/Rāga
  • Diṭṭhi
  • Māna
  • 4 kebencian (dosa):
  • Dosa
  • Issā
  • Macchariya
  • Kukkucca
  • 3 yang terakhir:
  • Thīna
  • Middha
  • Vicikicchā
25 indah (sobhana)
  • 19 indah universal (sobhanasādhāraṇa):
  • Saddhā
  • Sati
  • Hiri
  • Ottappa
  • Alobha
  • Adosa
  • Tatramajjhattatā
  • Kāyapassaddhi
  • Cittapassaddhi
  • Kāyalahutā
  • Cittalahutā
  • Kāyamudutā
  • Cittamudutā
  • Kāyakammaññatā
  • Cittakammaññatā
  • Kāyapāguññatā
  • Cittapāguññatā
  • Kāyujukatā
  • Cittujukatā
  • 2 tanpa batas (appamañña):
  • Karuṇā
  • Mudita
  • 1 indra kebijaksanaan (paññindriya):
  • Paññā
  •  Portal Buddhisme
  • l
  • b
  • s
Bagian dari seri tentang
Buddhisme
  • Istilah
  • Indeks
  • Garis besar
  • Theravāda
    Mahayana-Wajrayana
    Kitab daring
    • SuttaCentral
    • Chaṭṭha Saṅgāyana Tipiṭaka
    • dhammatalks.org
    • NTI Reader (Taishō)
    • 84000 (Kangyur-Tengyur)
    • Buddha penting sebelumnya:
    • Dīpaṅkara
    • Vipassī
    • Sikhī
    • Vessabhū
    • Kakusandha
    • Koṇāgamana
    • Kassapa
    • Bawahan:
    • Dewa
    • Brahma
    Mahayana-Wajrayana
    • Budaya
    • Masyarakat
    •  Portal Buddhisme
    • l
    • b
    • s

    Nafsu keinginan, kegandrungan, taṇhā (bahasa Pali), tarśa, atau tṛṣṇā (Sanskerta) adalah suatu konsep dalam Buddhisme yang merujuk pada nafsu keinginan baik mental maupun fisik.[1][2][3] Dalam tradisi Abhidhamma Theravāda, taṇhā sinonim dengan lobha (keserakahan).[4] Sinonim lainnya adalah rāga (nafsu) dan abhijjhā (ketamakan).[5] Konsep ini merupakan konsep yang penting dalam Buddhisme.[6]

    Nafsu keinginan ada tiga jenis: kāma-taṇhā (nafsu keinginan atas kesenangan sensual), bhava-taṇhā (nafsu keinginan atas keberadaan), dan vibhava-taṇhā (nafsu keinginan atas ketidakberadaan).[7][8]

    Lobha (keserakahan), sinonim dari taṇhā dalam Abhidhamma Theravāda, merupakan suatu faktor mental berupa pengotor batin yang menjadi salah satu dari tiga akar kejahatan (ti akusalamūla)—lobha, dosa, dan moha.[9][10]

    Theravāda

    Taṇhā

    Empat Kebenaran Mulia

    Istilah taṇhā muncul dalam Empat Kebenaran Mulia.[11][12][13] Berdasarkan pada Kebenaran Mulia Kedua, asal dari penderitaan (samudaya) diidentifikasi sebagai taṇhā (nafsu keinginan) yang menciptakan keberadaan dan punarbawa (ponobhavikā); yang menyatu dengan keserakahan (nandīrāgasahagatā); dan yang mencari kesenangan saat ini dan yang akan datang (tatratatrābhinandinī).

    Dr. Walpola Rahula Mahāthera menjelaskan bahwa taṇhā memang sebab dukkha, tetapi bukanlah sebab utamanya. Taṇhā adalah sebab terdekat, paling jelas, dan langsung. Kemunculan taṇhā bergantung pada sesuatu yang lain, yaitu perasaan (vedanā). Perasaan (vedanā) muncul bergantung pada kontak (phassa), dan seterusnya, sebagaimana dijelaskan dalam Dependensi Kemunculan. Beberapa teks kitab suci menjelaskan bahwa asal penderitaan juga termasuk pengotor batin dan ketidakmurnian lainnya (kilesā, sāsavā dhammā), selain taṇhā yang berada di urutan pertama.[14]

    Tiga jenis

    Terdapat tiga jenis taṇhā yang dijelaskan dalam berbagai diskursus Sutta Piṭaka, yaitu:

    • Kāma-taṇhā (nafsu keinginan atas kesenangan sensual): bernafsu terhadap rasa senang atau kenikmatan indrawi.[15] Walpola Rahula menyatakan bahwa taṇhā tidak hanya terbatas pada nafsu indrawi, kekayaan atau kekuasaan, tetapi juga nafsu terhadap gagasan atau idealisme, cara pandang, pendapat, teori, dan kepercayaan (dhamma-taṇhā)."[16]
    • Bhava-taṇhā (nafsu keinginan atas keberadaan atau eksistensi): bernafsu untuk menjadi sesuatu dan bersatu dengan suatu pengalaman. Nafsu ini terkait dengan ego, yaitu pencarian identitas tertentu dan nafsu untuk terlahir kembali untuk selamanya.[8] Menurut penjelasan yang lain, nafsu ini dipicu oleh pandangan yang salah tentang kehidupan abadi.[17][18]
    • Vibhava-taṇhā (nafsu keinginan atas ketidakberadaan atau noneksistensi):[17] nafsu untuk tidak mengalami hal yang tidak menyenangkan dalam kehidupan saat ini atau masa depan, seperti orang-orang atau situasi yang tidak menyenangkan. Akibatnya, muncul keinginan untuk bunuh diri atau memusnahkan diri sendiri. Dalam kepercayaan Buddhis, tindakan tersebut hanya akan membuat mereka terlahir kembali ke alam kehidupan yang lebih buruk.[8] Menurut Phra Thepyanmongkol, nafsu ini dipicu oleh pandangan yang salah mengenai bunuh diri karena pelakunya mengira bahwa mereka tidak akan terlahir kembali.[18]

    Taṇhā dianggap sebagai penyebab utama penderitaan (dukkha) dan siklus kelahiran kembali (saṃsāra).[6][17][19] Buddha mengajarkan pengikut-Nya untuk melenyapkan taṇhā dengan mengikuti Jalan Mulia Berunsur Delapan.

    Lobha

    Dalam tradisi Abhidhamma Theravāda, taṇhā adalah sinonim dari faktor mental lobha yang berarti "keserakahan". Faktor mental lobha didefinisikan dalam empat batasan sebagai berikut:

    • Karakteristik: mencengkeram atau menggenggam objek (ārammaṇaggahaṇalakkhaṇa).
    • Fungsi: menempel atau melekatkan (abhisaṅgarasa).
    • Manifestasi: tidak rela, tidak ikhlas, atau tidak melepaskan (apariccāgapaccupaṭṭhāna).
    • Sebab-terdekat: melihat adanya kenikmatan di dalam dhamma-dhamma yang terkait dengan belenggu (saṃyojaniyadhammesu assādadassanapadaṭṭhāna).

    Lobha adalah faktor mental yang menginginkan, mendambakan, atau merindukan objek. Lobha adalah faktor mental yang membuat seseorang tergila-gila (sārāga) pada saṃsāra. Keserakahan adalah penanggung jawab utama atas terjadinya pelekatan batin pada objeknya.[4]

    Trio keserakahan

    Trio keserakahan atau lobha tri adalah suatu kelompok faktor mental buruk yang terdiri dari tiga faktor mental, yaitu:

    1. keserakahan (lobha),
    2. pandangan-salah (diṭṭhi), dan
    3. kesombongan (māna).

    Keserakahan berperan sebagai akar dan pemimpin dari dua faktor mental lainnya. Faktor mental pandangan-salah dan kesombongan hanya bisa muncul jika keserakahan muncul. Tiga faktor mental ini disebut sebagai dhamma yang memperpanjang saṃsāra (Pāli: papañca dhamma).

    Catatan kaki

    1. ^ Thomas William Rhys Davids; William Stede (1921). Pali-English Dictionary. Motilal Banarsidass. hlm. 294. ISBN 978-81-208-1144-7. 
    2. ^ Peter Harvey (1990). An Introduction to Buddhism: Teachings, History and PracticesPerlu mendaftar (gratis). Cambridge University Press. hlm. 53. ISBN 978-0-521-31333-9. 
    3. ^ Richard Gombrich; Gananath Obeyesekere (1988). Buddhism Transformed: Religious Change in Sri Lanka. Motilal Banarsidass. hlm. 246. ISBN 978-81-208-0702-0. 
    4. ^ a b Kheminda, Ashin (2019-09-01). Manual Abhidhamma: Bab 2 Faktor-Faktor-Mental. Yayasan Dhammavihari. ISBN 978-623-94342-7-4. 
    5. ^ Walubi.or.id (2015-11-12). "DHAMMA SAKACCA (Kehendak)". WALUBI. Diakses tanggal 2024-08-10. 
    6. ^ a b Peter Harvey (1990). An Introduction to Buddhism: Teachings, History and Practices. Cambridge University Press. hlm. 53. ISBN 978-0-521-31333-9. 
    7. ^ Paul Williams; Anthony Tribe; Alexander Wynne (2002). Buddhist Thought: A Complete Introduction to the Indian Tradition. Routledge. hlm. 43–44. ISBN 978-1-134-62324-2. 
    8. ^ a b c Harvey 2013, hlm. 63.
    9. ^ "The Noble Eightfold Path: The Way to the End of Suffering". www.accesstoinsight.org. Diakses tanggal 2024-08-10. 
    10. ^ "AN 6.39: Nidānasutta". SuttaCentral. Diakses tanggal 2024-08-10. 
    11. ^ Thomas William Rhys Davids; William Stede (1921). Pali-English Dictionary. Motilal Banarsidass. hlm. 294. ISBN 978-81-208-1144-7. 
    12. ^ Peter Harvey (1990). An Introduction to Buddhism: Teachings, History and PracticesPerlu mendaftar (gratis). Cambridge University Press. hlm. 53. ISBN 978-0-521-31333-9. 
    13. ^ Paul Williams; Anthony Tribe; Alexander Wynne (2002). Buddhist Thought: A Complete Introduction to the Indian Tradition. Routledge. hlm. 43–44. ISBN 978-1-134-62324-2. 
    14. ^ Rahula, Dr. Walpola Sri (2019-07-01). Inilah Dhamma: Apa yang Buddha Ajarkan. Yayasan Dhammavihari.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
    15. ^ Ajahn Sucitto (2010), Kindle Location 943-946
    16. ^ Walpola Sri Rahula (2007). Kindel Locations 791-809.
    17. ^ a b c Paul Williams; Anthony Tribe; Alexander Wynne (2002). Buddhist Thought: A Complete Introduction to the Indian Tradition. Routledge. hlm. 43–44. ISBN 978-1-134-62324-2. 
    18. ^ a b Phra Thepyanmongkol (2012). A Study Guide for Right Practice of the Three Trainings. Wat Luang Phor Sodh. hlm. 314. ISBN 978-974-401-378-1. 
    19. ^ Thomas William Rhys Davids; William Stede (1921). Pali-English Dictionary. Motilal Banarsidass. hlm. 294. ISBN 978-81-208-1144-7. 

    Daftar pustaka

    • Dalai Lama (1998). The Four Noble Truths. Thorsons. 
    • Gethin, Rupert (1998), Foundations of Buddhism, Oxford University Press 
    • Harvey, Peter (1990), An Introduction to Buddhism, Cambridge University Press, ISBN 0-521313333 
    • Harvey, Peter (2013). An Introduction to Buddhism: Teachings, History and Practices. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-85942-4. 
    Ikon rintisan

    Artikel bertopik Buddhisme ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

    • l
    • b
    • s