Tugu Lilin
Tugu Lilin | |
---|---|
Nama lain | Tugu Kebangkitan Nasional [2] |
Informasi umum | |
Jenis | Tugu |
Alamat | Jalan Dr. Wahidin no. 33 ,Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan [1] |
Kota | Surakarta |
Negara | Indonesia |
Mulai dibangun | Desember 1933 [2] |
Dibuka | Oktober 1934 [2] |
Desain dan konstruksi | |
Arsitek | Ir. Soetedjo [2] |
Tugu Lilin adalah sebuah tugu yang berada di Kota Surakarta.Tugu ini dibangun dengantujuan yaitu untuk memperingati 25 tahun lahirnya hari kebangkitan nasional. Penghitungan ini dimulai sejak berdirinya perkumpulan Budi Utomo yang diselenggarakan pada tanggal 20 mei 1908 silam tepat pada pukul 09.00 pagi di salah satu ruang di Jakarta yaitu, STOVIA. Ruang tersebut kini dinamakan Museum Kebangkitan Nasional.[3]
Sejarah
Sejak 1928 Budi Utomo resmi menjadi bagian dari PPPKI,sebuah federasi perkumpulan pergerakan politik yang diprakarsai oleh PNI dibawah pimpinan Soekarno.Pada bulan April 1933 PPKI mengadakan rapat di Kota Surakarta.Pada rapat tersebut dikemukakan sebuah gagasan dengan kesepakatan untuk mendirikan sebuah tugu yang digunakan untuk memperingati ke 25 tahun Kebangkitan Nasional di Kota Solo. Menantu Pakubuwana X, yakni KRT Woerjaningrat yang saat itu merupakan ketua Boedi Oetomo mendapatkan tugas untuk membangun sebuah monumen bersejarah dalam pergerakan tersebut. Komite Tugu Kebangsaan pun segera dibentuk dengan tujuh orang anggota dan diketuai oleh Mr. Singgih.[3]
Bangunan
Monumen ini dikenal sebagai Tugu Lilin karena memiliki bentuk yang mirip seperti lilin dengan api yang menyala di bagian puncaknya. Hal ini disebutkan sebagai sebuah simbol penerang dari sebuah harapan. Yakni harapan para pejuang dizaman dahulu yang berjuang mati-matian demi mencapai hari kemerdekaan Indonesia.
Batang beton Tugu Lilin ini terdiri diatas landasan segi empat atau umpak yang ditopang dengan landasan segi empat lainnya yang memiliki ukuran lebih besar. Bangunan Tugu Lilin ini memiliki struktur yang hampir mirip dengan struktur dari sebuah candi. Bedanya adalah tidak adanya ukiran berbentuk kepala naga di bagian lengan undakan. Selain itu, Tugu Lilin ini tidak memiliki ornamen tradisional yang mencolok.[4]
Referensi
- l
- b
- s
- Arca Bhairawa
- Arca Buddha Dipangkara
- Arca Durga Mahisasuramardhini
- Arca Harihara
- Arca Prajnyaparamita
- Bendera Pusaka
- Biola WR Supratman
- Bokor emas cerita Ramayana
- Mahkota Sultan Siak
- Kakawin Nagarakretagama
- Lukisan Penangkapan Diponegoro
- Lukisan Pengantin Revolusi
- Lukisan Prambanan/Seko
- Naskah Proklamasi
- Prasasti Ciaruteun
- Prasasti Cidanghiang
- Prasasti Jambu
- Prasasti Kebonkopi I
- Prasasti Muara Cianten
- Prasasti Pasir Awi
- Prasasti Yupa
- Teks Proklamasi
- Tengkorak Manusia Fosil Ngawi I
- Benteng Belgica
- Benteng Duurstede
- Benteng Marlborough
- Benteng Van der Wijck
- Benteng Vastenburg
- Gedung Bank Indonesia
- Gedung Dwi Warna
- Gedung Merdeka
- Gedung NIAS
- Gedung Pancasila
- Gedung Perundingan Linggarjati
- Gedung Petronella
- Gedung PTPN XI Surabaya
- GPIB Immanuel Jakarta
- GPIB Sion Jakarta
- Hotel Majapahit
- Hotel Savoy Homann
- Candi Jabung
- Kantor Pos Besar Bandung
- Lawang Sewu
- Masjid Agung Surakarta
- Monumen Pers Nasional
- Museum Asi Mbojo
- Museum Geologi Bandung
- Gedung Kebangkitan Nasional
- Museum Nasional
- Museum Sumpah Pemuda
- Observatorium Bosscha
- Pesanggrahan Ngeksiganda
- Rumah Pengasingan Bung Hatta
- Rumah Pengasingan Bung Karno
- Rumah Rasuna Said
- Eks Rumah Raden Saleh
- RSUP dr. Kariadi
- Rumah Tjong A Fie
- Rumah W. R. Soepratman
- Stasiun Yogyakarta
- Benteng Oranje
- Benteng Victoria
- Candi Ceto
- Candi Jawi
- Candi Penataran
- Fort Rotterdam
- Gereja Katedral Jakarta
- Gua Braholo
- Gua Sunyaragi
- GPIB Immanuel Semarang
- Gunung Padang
- Istana Bung Hatta
- Kalimbuang Bori
- Kete Kesu
- Leang Timpuseng
- Liang Bua
- Makam Kyai Mojo
- Masjid Agung Demak
- Masjid Istiqlal
- Masjid Raya Al-Ma’shun
- Museum KA Ambarawa
- Museum Kirti Griya
- Perahu Kuno Rembang
- Pugung Raharjo
- Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. Soerojo
- Stasiun Radio AURI