Arca Buddha Dipangkara
Arca Buddha Dipangkara atau Buddha Sempaga[1] adalah arca Buddha tertua di Indonesia yang berasal dari abad ke-2 Masehi. Arca ini juga dinobatkan sebagai arca Buddha berdiri berbahan perunggu terbesar di Indonesia. Pada tahun 2018, arca ini ditetapkan sebagai salah satu benda cagar budaya tingkat nasional di Indonesia.[2]
Arca Buddha Dipangkara ini bukanlah artefak yang berasal dari kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, melainkan dibawa oleh pelaut India ke Sulawesi. Hal itu dibuktikan salah satunya dengan tidak ditemukannya kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Sulawesi. Rancangan arcanya pun disebut memiliki kemiripan dengan gaya Amarāwatī asal India Selatan yang berkembang dari abad ke-2 hingga 5 Masehi. Ditemukannya patung ini di Sulawesi membuktikan bahwa jalur perairan di Nusantara kala itu telah terhubung bahkan hingga ke mancanegara.[2][3]
Menurut Bernert Kempers, arca Buddha Dipangkara ditemukan pada tahun 1921 di Desa Sempaga, sebelah utara Kota Mamuju, pesisir Provinsi Sulawesi Barat. Arca ini kemudian dibawa ke Jakarta dan disimpan di Museum Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, yang kini bernama Museum Nasional.[4] Di antara 141 ribu koleksi patung di Museum Nasional, arca Buddha Dipangkara inilah yang paling kuno.[3]
Uraian
Arca ini memiliki tinggi keseluruhan 58 cm. Sejak kali pertama ditemukan, telinga kiri dan hidung arca dalam keadaan rusak. Arca perunggu ini pernah dikirim ke Paris, Perancis untuk dipamerkan dalam Exposition Coloniale International atau Pameran Kolonial Internasional pada 1931. Akan tetapi, pada 28 Juni 1931 terjadi kebakaran yang menghilangkan kedua kaki arca hingga sebatas paha dan kedua lengan kanan dan kiri patah hingga pergelangan tangan.[2]
Pembuatan
Arca ini dibuat dengan cara à cire perdue, yaitu dengan menuangkan logam menggunakan model lilin yang dilapisi tanah liat.[2]
Kegunaan
Arca Buddha Dipangkara dipercaya dapat melindungi pelaut. Oleh karena itu, arca ini biasanya ditempatkan di bagian ujung haluan kapal.[2]
Pranala luar
- Sistem Registrasi Cagar Budaya Nasional - Arca Buddha Dipangkara Koleksi Museum Nasional No. Inv. 6057 Diarsipkan 2019-08-05 di Wayback Machine.
Catatan kaki
- ^ Berita antropologi. Facultas Sastra, Djurusan Antropologi, Universitas Indonesia. 1977.
- ^ a b c d e PCBM, Dit (2017-11-20). "Arca Buddha Tertua Itu Kini Berstatus Cagar Budaya Peringkat Nasional". Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-05. Diakses tanggal 2019-08-05.
- ^ a b Asdhiana, I Made (ed.). "Museum Nasional Pamerkan Patung Buddha Tertua". Kompas.com. Diakses tanggal 2019-08-05.
- ^ "Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya". cagarbudaya.kemdikbud.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-05. Diakses tanggal 2019-08-05.
- l
- b
- s
- Arca Bhairawa
- Arca Buddha Dipangkara
- Arca Durga Mahisasuramardhini
- Arca Harihara
- Arca Prajnyaparamita
- Bendera Pusaka
- Biola WR Supratman
- Bokor emas cerita Ramayana
- Mahkota Sultan Siak
- Kakawin Nagarakretagama
- Lukisan Penangkapan Diponegoro
- Lukisan Pengantin Revolusi
- Lukisan Prambanan/Seko
- Naskah Proklamasi
- Prasasti Ciaruteun
- Prasasti Cidanghiang
- Prasasti Jambu
- Prasasti Kebonkopi I
- Prasasti Muara Cianten
- Prasasti Pasir Awi
- Prasasti Yupa
- Teks Proklamasi
- Tengkorak Manusia Fosil Ngawi I
- Benteng Belgica
- Benteng Duurstede
- Benteng Marlborough
- Benteng Van der Wijck
- Benteng Vastenburg
- Gedung Bank Indonesia
- Gedung Dwi Warna
- Gedung Merdeka
- Gedung NIAS
- Gedung Pancasila
- Gedung Perundingan Linggarjati
- Gedung Petronella
- Gedung PTPN XI Surabaya
- GPIB Immanuel Jakarta
- GPIB Sion Jakarta
- Hotel Majapahit
- Hotel Savoy Homann
- Candi Jabung
- Kantor Pos Besar Bandung
- Lawang Sewu
- Masjid Agung Surakarta
- Monumen Pers Nasional
- Museum Asi Mbojo
- Museum Geologi Bandung
- Gedung Kebangkitan Nasional
- Museum Nasional
- Museum Sumpah Pemuda
- Observatorium Bosscha
- Pesanggrahan Ngeksiganda
- Rumah Pengasingan Bung Hatta
- Rumah Pengasingan Bung Karno
- Rumah Rasuna Said
- Eks Rumah Raden Saleh
- RSUP dr. Kariadi
- Rumah Tjong A Fie
- Rumah W. R. Soepratman
- Stasiun Yogyakarta
- Benteng Oranje
- Benteng Victoria
- Candi Ceto
- Candi Jawi
- Candi Penataran
- Fort Rotterdam
- Gereja Katedral Jakarta
- Gua Braholo
- Gua Sunyaragi
- GPIB Immanuel Semarang
- Gunung Padang
- Istana Bung Hatta
- Kalimbuang Bori
- Kete Kesu
- Leang Timpuseng
- Liang Bua
- Makam Kyai Mojo
- Masjid Agung Demak
- Masjid Istiqlal
- Masjid Raya Al-Ma’shun
- Museum KA Ambarawa
- Museum Kirti Griya
- Perahu Kuno Rembang
- Pugung Raharjo
- Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. Soerojo
- Stasiun Radio AURI